Ajib menjelaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah ini akan berdampak signifikan terhadap sektor swasta dan keuangan negara. "Di sektor private, hal ini akan berpengaruh terhadap barang-barang dan bahan baku impor. Potensi kenaikan harga ini akan memberikan dampak mengeskalasi inflasi dan pengurangan daya beli masyarakat," ungkapnya dalam keterangannya yang dirilis pada Senin (27/1/2025).
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa dampak pelemahan rupiah juga berhubungan dengan beban utang negara, yang sebagian besar dalam mata uang asing. Hal ini mengharuskan adanya penyesuaian atau koreksi terhadap utang dan bunga yang jatuh tempo.
Pemerintah Diminta Lakukan Bauran Kebijakan
Ajib menekankan pentingnya pemerintah untuk melakukan bauran kebijakan fiskal dan moneter guna memperkuat nilai tukar rupiah. "Untuk kebijakan fiskal, idealnya pemerintah perlu menekan defisit, terutama dengan efisiensi belanja dan prioritas program yang memberikan daya ungkit ekonomi," ujarnya.
Namun, ia juga mengakui bahwa ruang fiskal pemerintah saat ini sangat terbatas akibat dampak pandemi. Ajib menyarankan agar pemerintah menerapkan filosofi "spending better, bukan better spending," untuk memastikan bahwa pengeluaran fiskal menjadi lebih berkualitas dan efektif.
Kebijakan Moneter Bank Indonesia
Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia (BI) menghadapi dilema. Secara teori, untuk memperkuat nilai tukar, BI seharusnya meningkatkan suku bunga acuan agar dapat menarik aliran modal asing ke Indonesia. Namun, BI memilih untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen.
"Ini memperlihatkan bahwa BI lebih memilih untuk fokus dengan penguatan ekonomi dalam negeri dan menjaga daya beli masyarakat. Penurunan suku bunga acuan ini akan mengurangi cost of fund pendanaan dalam negeri dan juga mendorong konsumsi lebih bergairah," jelas Ajib.
Penutupan Perdagangan Rupiah
Pada penutupan perdagangan sebelum libur panjang, yaitu pada Jumat (24/1), rupiah di pasar spot ditutup menguat. Mata uang Garuda berada pada level Rp16.172 per dolar AS. Menurut data dari Bloomberg, rupiah mengalami penguatan hingga 0,69 persen dibandingkan penutupan sebelumnya yang berada di level Rp16.284 per dolar AS.
0 Komentar